Twitter
RSS

NASEHAT Y M K







NASIHAT YANG MENYENTAK KESADARAN


Pembaca yang Dirachmati Allah SWT.

Dialog yang terjadi dengan orang-orang shalih, selalu penuh nasihat dan bahkan sindiran yang begitu kuat menancap di hati. Seperti pertanyaan yang pernah diajukan seorang shalih bernama Muhammad bin Wasi’ rahimahullah kepada orang-orang disekitarnya, “Apakah kalian heran, jika kalian melihat seseorang menangis di surga?”
Orang-orang yang berada di sekitar Muhammad bin Wasi’ menjawab dengan pasti, “Tentu saja kami heran wahai syekh.” Lalu Muhammad bin Wasi’ mengatakan, “Seharusnya kita lebih heran bila melihat seseorang yang masih hidup di dunia, tertawa terbahak-bahak, sementara ia belum tahu bagaimana akhir perjalanannya di akhirat kelak..”

Kita, begitu memerlukan dialog-dialog seperti ini. Dialog yang keluar dari lisan seorang shalih, dan langsung menyentak kesadaran.
Muhammad bin Wasi’ rahimahullah yang mengucapkan nasihat begitu menusuk hati tadi, adalah seorang salafushalih di zaman Tabi’in yang terkenal karena do’a-do’a nya sering dikabulkan Allah SWT. Ucapannya tadi, begitu menyentak hati kita yang selama ini sering terlena dengan kebahagiaan dan kesenangan dunia, dengan mengabaikan perhitungan bagaimana nasib dan keadaan kita di akhirat kelak.

Jerat syaitan yang paling berbahaya adalah ketika dunia begitu menguasai hati dan menguras potensi seseorang. Hati yang sudah dijejali oleh dunia, akan menjadi lunglai, lemah dan tidak mampu melakukan perlawanan apapun terhadap arah gelombang bisikan syaitan yang membuat seseorang terombang ambing, tidak tentu arah.

Dunia yang telah menguasai hati menjadikan seseorang lemah keinginan untuk terbang ketingkat ubudiyah yang tinggi. Hati yang terkuasai dunia, menjadi lebih berat, malas dan terbelenggu oleh kesalahan.

Jerat syaitan bernama Ghaflah, yang artinya lalai. Betapa sering kita terjerat oleh jebakan syaitan. Saat kehidupan begitu menyeret dan menjauhkan kita dari Allah SWT. Sedikit demi sedikit. Sejengkal demi sejengkal. Hampir tidak terasa. Sampai saat kita tersadar, ternyata kita sudah begitu jauh meninggalkan ketaatan.
Ternyata, sudah terlalu jauh jarak antara kita dengan Allah SWT. Sudah terlampau lama kita berpura-pura lupa dan melupakan Allah SWT.
Mungkin ada sebagian kita yang selanjutnya justru tidak mampu lagi untuk kembali, karena sudah terlampau nikmat merasakan keadaan.
Saat kita tidak bersedih lagi atas kelalaian yang dilakukan. Saat kita tidak lagi menangis dan sama sekali tidak menitikan air mata atas kemaksiatan dan pembangkangan yang kita lakukan.

Itulah ghaflah, kelalaian. Itulah jerat syaitan yang paling berbahaya. Ghaflah, penyakit yang menjangkiti hati agar hati menjadi rela dengan kondisi yang rendah, tenang dengan kemaksiatan dan begitu mengikat mata dengan dunia.
Tidak ada lagi tempat untuk akhirat.
Renungkanlah firman Allah :..”Dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan Allah, sehingga mereka tidak mendapatkan petunjuk ( QS An Naml : 24 ).






Marilah kita sama-sama mendiagnosa hati kita masing-masing, tentang berapa banyak sholat malam yang telah kita lakukan, tentang berapa banyak kita membaca Al Qur’an, tentang sejauh mana kita mengajak dan mendorong keluarga kita untuk shalat dan membaca Al Qur’an, Tentang seberapa rindu kita terhadap surga,

Bandingkan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan :
Berapa sering kita berfikir untuk membeli baju baru? Sepeda motor baru? Mobil baru? Peralatan rumah tangga baru?
Tentang berapa banyak kita berfikir untuk mencari pekerjaan tambahan untuk menambah penghasilan, meningkatkan kesejahteraan, menutupi kebutuhan hidup yang tidak ada habisnya?

Bagaimana kita bisa menjawab dan membandingkan antara dua kelompok pertanyaan tadi?
Marilah kita buka jerat-jerat ghaflah yang melilit jiwa dan hati kita. Perhatikan dengan teliti, renungkanlah dalam-dalam, dosa dan kemaksiatan apa yang kita tinggalkan hari ini, minggu ini, bulan ini, tahun ini. Lalu bekal kebaikan apa yang sudah kita persiapkan untuk hari setelah nanti?

Satu lagi dialog dan sindiran yang penuh nasihat dari Hasan Al Bashri rahimahullah, saat pemakaman jenazah.
Hasan Al Bashri bertanya pada seseorang disampingnya : “Menurutmu, jika dia kembali hidup di dunia, apakah ia akan melakukan amal shalih?” Orang itu menjawab “Ya, pasti.”
Hasan Al Bashri menyambut perkataan itu dengan jawaban, “ Dia sudah tidak mungkin hidup kembali di dunia untuk melakukan amal shalih, engkaulah yang seharusnya sekarang melakukan amal-amal shalih mumpung belum seperti dia..”,
Yang Terbaik Adalah Segera Bersujud
Mumpung kita masih diberi waktu - Kata Ebit G Ade.





Comments (0)

Posting Komentar